Download WordPress Themes, Happy Birthday Wishes
News
Home » Artikel » Nuzulul Qur’an, Malam 17 Ramadhan atau Lailatul Qadr???

Nuzulul Qur’an, Malam 17 Ramadhan atau Lailatul Qadr???

Nuzulul Quran, Malam 17 Ramadhan atau Malam Lailatul Qadar?

Seorang sahabat bertanya, “Sebenarnya, Al-Quran itu turun malam lailatul qodar atau tanggal 17 Ramadhan? Dalam surat al-qodar, Al-Qur’an turun malem lailatul qodar. Rasulullah sendiri bersabda bahwa lailatul qodar itu ada di sepuluh akhir bulan Ramadhan تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (H.R Al Bukhari no. 1878

Tapi mengapa org org memperingati Nuzulul Quran tanggal 17 Ramadhan?.”
Mungkin soal ini juga yang ada di benak para pembaca sekalian. Berikut ini sedikit penjelasan tentang “Nuzulul Quran” yang diambil dari beberapa kitab yang menerangkan tentang masalah ini.
Metode Diturunkannya Al-Qur’an (Kaifiyah Inzal)
Pertama: Al-Qur’an Diturunkan Secara Sekaligus
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.” (Al-Baqarah 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (Al-Qodr 1)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi.” (Ad-dukhon 3)
Dalam 3 ayat di atas, semua menjelaskan tentang turunnya Al-Quran pertama kali, yaitu pada bulan Ramadhan tepatnya malam lailatul qadar; malam kemuliaan. Dan pada surat Ad-Dukhon yang dimaksud malam mubarok ialah malam lailatul qadar pada bulan Ramadhan sebagaimana yang dikatakan oleh kebanyakan ulama tafsir. (lihat tafsir Al-Alusi)
Dalam kitab Al-Burhan Fi ‘Ulumil-Qur’an karangan Syeikh Badruddin Az-Zarkasyi (W. 794 H), beliau mengatakan bahwa dalam hal ini para Ulama berbeda pendapat ke dalam 3 pendapat yang masyhur.
Dan dari tiga pendapat tersebut, yang paling mendekati kepada pendapat yang kuat dan benar ialah pendapat yang banyak dipegang oleh Jumhur Ulama, yaitu:
Bahwa Al Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia (daarul Izzah) pada malam Lailatul Qodr kemudian diturunkan dengan cara berangsur-angsur sepanjang kehidupan Nabi saw setelah beliau diangkat menjadi Nabi di Mekah dan Madinah sampai wafat beliau.
Banyak para ulama yang mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling mendekati kebenaran, berdasarkan suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Hakim dalam mustadroknya dengan sanad yang shahih, dari Ibnu Abbas radhiyallhu ‘anhuma, beliau mengatakan bahwasanya Al-Quran itu turun sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadr. Kemudian diturunkan berangsur-angsur selama 20 tahun, kemudian ia mambaca ayat,
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik.” (QS. Al Furqan: 33)
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
“Dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al Isra: 106)
Imam An-Nasa’i juga meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: “……dan Al-Qur’an diletakkan di baitil izzah dari langit dunia kemudian Jibril turun dengan membawanya kepada Muhammad SAW.”
Kedua: Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsuran
Setelah diturunkan secara lengkap (keseluruhan) dari Lauh Mahfudz ke langit Dunia (Baitul-Izzah), Al-Qur’an turun secara berangsuran selama 23 tahun (ini menurut pendapat yang kuat); 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dan turunnya Al-Qur’an secara berangsuran telah dijelaskan dalam firman Allah SWT,
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
“Dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al Isra: 106)
Dan inilah salah satu keistimewaan Al-Qur’an, bahwa kitab suci umat Nabi Muhammad ini turun secara berangsuran setelah sebelumnya diturunkan secara lengkap/sekaligus.
Ini berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya yang diturunkan secara sekaligus, yaitu Injil, Taurat dan Zabur, tanpa ada angsurannya. Allah SWT berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيل وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqan: 32-33)
Dan ayat pertama yang turun menurut kebanyakan ulama ialah surat Al-Alaq (dan ini adalah pendapat yang kuat), atau biasa kita sebut dengan surat Iqra’ ayat 1-5. Ini berdasarkan riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih keduanya dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha Istri Rasul SAW.
Kapan Ayat Pertama Turun?
Adapun “kapan” surat Iqra’ itu diturunkan, ulama dan ahli sejarah berbeda pendapat tentang ini. Ada yang mengatakan bulan Rabiul Awwal, ada juga yang mengatakan bulan Ramadhan, dan ada juga yang mengatakan bulan Rajab.
Namun pendapat yang kuat ialah bulan Ramadhan sesuai firman Allah SWT: “bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.” (Al-Baqarah 185).
Dan kebanyakan ulama juga sepakat bahwa surat Iqra’ adalah wahyu yang pertama turun, juga sebagai pengangkatan Nabi Muhammad SAW menjadi Nabi. Dan ini terjadi pada hari senin, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Qotadah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi SAW pernah ditanya tentang puasa hari senin, kemudian beliau menjawab: “itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan diturunkan kepadaku wahyu.”
Kemudian Ulama kembali berbeda pendapat tentang tanggal turunnya pada bulan Ramadhan. Ada yang mengatakan malam 7 Ramadhan, ada juga yang mengatakan malam 17 Ramadhan, ada juga yang mengatakan malam 24, juga ada yang mengatakan tanggal 21 Ramadhan.
Sheikh Shofiyur-Rohman Al-Mubarokfuri mengatakan dalam kitab Sirah Nabawi karangannya Rahiqul-Makhtum: “setelah melakukan penelitian yang cukup dalam, mungkin dapat disimpulkan bahwa hari itu ialah hari senin tanggal 21 bulan Ramadhan malam. Yang bertepatan tanggal 10 Agustus 660 M, dan ketika itu umur Rasul SAW tepat 40 Tahun 6 bulan 12 hari hitungan bulan, tepat 39 tahun 3 bulan 12 hari hitungan matahari. Hari senin pada bulan Ramadhan tahun itu ialah antar 7, 14, 21, 24, 28, dan dari beberapa riwayat yang shahih bahwa malam lailatul qadar itu tidak terjadi kecuali di malam-malam ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadhan. Jika kita bandingkan firman Allah surat Al-Qodr ayat pertama dengan hadits Abu Qotadah yang menjelaskan bahwa wahyu diturunkan hari senin di atas, dan dengan hitungan tanggalan ilmiyah tentang hari senin pada bulan Ramadhan tahun tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wahyu pertama turun kepada Rasul SAW itu tanggal 21 Ramadhan malam”.
Kenapa Malam 17 Ramadhan?
Dan yang menjadi dasar kebanyakan kaum muslim dalam memperingati nuzulul Qur’an pada malam tanggal 17 Ramadhan, mungkin apa yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir (W. 774 H) dalam kitabnya Al-Bidayah wan-Nihayah, Al-Waqidi meriwayatkan dari Abu Ja’far Al-Baqir yang mengatakan bahwa “wahyu pertama kali turun pada Rasul SAW pada hari senin 17 Ramadhan dan dikatakan juga 24 Ramadhan.”
Kesimpulan
Kesimpulannya bahwa malam lailatul-Qodr yang disebut sebagai malam turunnya Al-Qur’an ialah benar, karena itu ialah malam yang al-Qur’an turun secara lengkap sekaligus dari Lauh-Mahfuzd ke langit dunia (baitul-Izzah).
Dan Al-Qur’an turun secara berangsuran yang didahului dengan surat Al-‘Alaq ayat 1-5 yang juga momentum pengangkatan Muhammad SAW menjadi Rasul ialah malam 17 Ramadhan yang sering dirayakan oleh kebanyakan umat Islam, baik di Indonesia ataupun di negeri lain.
Walaupun penetapan malam 17 Ramadhan sebagai waktu awalnya turun Al-Qur’an itu juga masih diperselisihkan oleh kebanyakan Ulama, sebagaimana dijelaskan di atas.
Wallahu A’lam.

Sumber:
Al-Burhan Fi Ulumil-Qur’an, Badruddin Az-Zarkasyi (W. 794 H)
Mabahits Fi Ulumil-Qur’an, Sheikh Manna’ Al-Qaththan
Rahiqul-makhtum, Sheikh Shofiyur-Rohman Al-Mubarokfuri
Al-Bidayah Wan-Nihayah, Abul-Fida’ Ismail bin Muhammad bin Katsir Al-Qurosyi (W. 774 H)

One comment

  1. INILAH DALIL AL-QUR’AN DITURUNKAN DUA KALI

    Heran dengan pola pikir dan akidah kaum sawah (salafi wahabi) ini yg dengan begitu mudahnya menghalangi umat islam yg memperingati Nuzulul Qur’an tgl 17 Ramadhon hanya dgn landasan QS. Al-Qadar saja dan langsung mengklaim bahwa Al-Qur’an hanya turun di mlm lailatul qodar tdk yg lain. Padahal ayat2 lain yg menjelaskan bhw Al-Qur’an turun 2 lali pertama diturunkan secara global dan yg kedua secara berangsur-angsur sebagaimana penjelasan para ulama.

    Imam Ar-Raghib Al-Asyfahani seorang pakar tata bahasa Al-Qur’an mengtakan bhw landasan Qur’an diturunkan dua kali adalah QS. Al’Isro’: 105

    وَبِالْحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

    “Dan kami turunkan (Al’Qur’an) dgn sebenarnya dan Al-Qur’an turun dgn membawa kebenaran. Dan tidaklah aku mengutusmu (Muhammad) kecuali unt memberi kabar gembira dan memberi peringatan.” (Al-Israa’: 105)

    Beliau mengatakan bhw kata ANZALA (انزل) menunjukkan Al-Qur’an diturunkan dgn berangsur-angsur sementara kata NAZALA (نزل) menunjukkan diturunkan sekaligus.

    Imam At-Thobari dlm kitab Tarikhnya dan Imam Ibnu Katsir dlm kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah juz 3 bab kronologi permulaan turunnya wahyu beliau menjelaskan panjang lebar. Dan jg menerangkan bahwa turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur adalah di hari Senin tanggal 17 Romadhon.

    Demikian halnya Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti dlm Tafsir Jalalain menjelaskan sbb:

    وَبِالْحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

    “Dan Kami turunkan (Al-Qur’an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur’an itu turun dengan membawa kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu (hai Muhammad) melainkan sebagai pembawa berita gembira *kepada org yg percaya akan adanya surga) dan pemberi peringatan (terhadap org yg ingkar kepada adanya neraka).”

    Al-Qur’an itu telah turun dalam keadaan utuh sebagaimana waktu diturunkan (pertama kali) tidak akan terjadi perubahan dan penggantian padanya.

    وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

    Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan lagi bahwa Al-Qur’an itu diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan berangsur-angsur, sebagian demi sebagian, agar beliau dapat membacakannya kepada umatnya, serta memahamkannya perlahan-lahan, dan setiap kali ayat2 Al-Qur’an itu diturunkan, maka turunnya itu sesuai dengan kebutuhan dengan peristiwa yg terjadi.

    Pertama kali Al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadan, pada malam Lailatul Qadar (secara global), kemudian seterusnya diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.

    Dengan diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu, maka umat Islam memperoleh keutamaan dan manfa’at yg besar antara lain:

    Pertama: Kaum Muslimin mudah menghafalnya, sehingga bahasa Al-Qur’an yg indah dan halus itu mempengaruhi bahasa mereka pula.

    Kedua: Kaum Muslimin berkesempatan untuk memahami setiap kelompok yg diturunkan itu, karena jangkauan maknanya yg luas memerlukan waktu yg cukup agar didapat pemahaman yg sungguh2.

    Ketiga: Kaum Muslimin tidak mengalami keguncangan kejiwaan dalam menghadapi perubahan yg dibawa oleh Islam.

    Mereka sebelum kedatangan agama Islam menganut kepercayaan keberhalaan yg bermacam-macam, dan mereka tidak memiliki kesatuan peraturan dua tata kehidupan yg dipatuhi. Maka diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu mempermudah mereka menyesuaikan diri dengan ajaran2 yg baru itu, baik ajaran yg berhubungan dengan akidah, maupun yg berhubungan dengan ibadah dan kemasyarakatan.

    Keempat: Ayat2 Al-Qur’an kebanyakan adalah penjelasan yg berhubungan dengan suatu peristiwa yg terjadi.

    Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

    وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا (33)

    “Tidaklah orang2 kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yg ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yg benar dan yg paling baik penjelasannya. (Q.S. Al-Furqan: 33)

    Dengan demikian kaum Muslim ini merasakan bahwa mereka selalu mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah Subhanahu ws Ta’ala pada setiap mereka menghadapi peristiwa yg terjadi di antara mereka.

    Untuk Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu amat besar manfa’atnya, seperti dijelaskan Allah dalam firman Nya:

    وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا (32)

    “Berkatalah orang2 kafir: “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (Q.S. Al-Furqan: 32)

    Jumlah ayat2 setiap diturunkan itu berkisar antara lima dan sepuluh ayat sesuai dengan kebutuhan.

    وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا (106)

    (Dan Al-Qur’an itu) lafal Al-Qur’an ini dinashabkan oleh fi`il yg dijelaskan oleh firman selanjutnya (telah Kami turunkan secara berangsur-angsur) Kami turunkan secara bertahap selama dua puluh tahun atau dua puluh tiga tahun (agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia) secara perlahan-lahan dan tenang supaya mereka dapat memahaminya (dan Kami menurunkannya bagian demi bagian) sedikit demi sedikit sesuai dengan kemaslahatan.

    Kesimpulannya:

    Melalui penjelasan para ulama diatas bahwa Al-Qur’an memang mengalami dua kali prosen diturunkan. Pertama diturunkan secara global dari Lauhil Mahfuzh ke Baitul Izzah langit dunia dan yg kedua diturunkan pada hari Senin, 17 Romadon secara berangsur-angsur kepada Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam sesuai kebutuhan.

    Jadi keyakinan salafi wahabi yg meyakini Al-Qur’an hanya sekali itu sama halnya apa yg diucapkan oleh org2 kafir. Debagaimana firman Alloh sbb:

    وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا (32)

    “Berkatalah orang2 kafir: “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (Q.S. Al-Furqan: 32)

    Dan yg menjadi dasar kebanyakan kaum muslim dalam memperingati nuzulul Qur’an pada malam tanggal 17 Ramadhan, mungkin apa yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir (W. 774 H) dalam kitabnya Al-Bidayah wan-Nihayah, Al-Waqidi meriwayatkan dari Abu Ja’far Al-Baqir yang mengatakan bahwa “wahyu pertama kali turun pada Rasul Shollallohu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur pada hari senin 17 Ramadhan dan dikatakan juga 24 Ramadhan.” Wallohu a’lam bis-Showab

    TAFSIR JALALAIN:

    {وقرآنا فرقناه} بالتخفيف، ومعناه فصلناه من اللوح المحفوظ إلى بيت العزة من السماء الدنيا، ثم نزل مفرقاً منجماً في ثلاث وعشرين سنة، قاله ابن عباس، وعن ابن عباس {فرَّقناه} بالتشديد أي أنزلناه آية آية مبيناً مفسراً، ولهذا قال: { لتقرأه على الناس} أي لتبلغه الناس وتتلوه عليهم { على مكث} أي مهل { ونزلناه تنزيلا} شيئاً بعد شيء. [تفسير الجلالين]

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.