Download WordPress Themes, Happy Birthday Wishes
News
Home » Dunia Pesantren » Santri, Not Everyone Can Be..
Ilustrasi

Santri, Not Everyone Can Be..

Sampai saat ini, pesantren masih diakui sebagai sistem pendidikan yang genuin dari sistem pendidikan nasional. Anggapan seperti ini muncul bukan tanpa sebab. Pesantren lahir bersamaan dengan awal masuknya Islam. Sekalipun pada saat yang paling awal Islam masuk, pesantren belum juga tampak. Namun, gaya dan sistem pendidikan yang dipakai oleh penyebar agama Islam sama halnya dengan pesantren masa kini. Tentu saja, ada banyak perubahan dan modifikasi sesuai dengan tuntutan zaman. Sistem dan gaya pendidikan seperti pesantren ini, bukan hasil impor dari luar, tetapi merupakan hasil produksi bangsa Indonesia sendiri dan sudah terbukti sukses dalam mencetak generasi Islam berbakat.

Disamping itu, pesantren juga dalam pandangan banyak tokoh, seperti Alm. KH. Abdurrahman Wahid adalah sub-kultur dari bangsa Indonesia. Pandangan semacam ini muncul seiring dengan tradisi yang berkembang di pesantren ternyata berbeda dengan tradisi yang ada diluar pesantren meski banyak pihak yang masih memadang sebelah mata terhadap pesantren. Pesantren dianggap kumuh, tradisionalis, konservatif dan masih banyak yang lain, ini adalah tantangan bagi pesantren dan para santri sebagi tokoh yang ikut berperan dalam mewarnai pesantren untuk berbenah diri menjadi lebih baik.

Diakui atau tidak, pesantren telah banyak memberikan konstribusi dalam menghantarkan bangsa Indonesia kearah yang lebih prospektif.  Pesantren pada saat pembentukan awalnya bukan hanya dijadikan sarana transformasi pengetahuan, tetapi juga untuk melindungi masyarakat dari pelbagai ancaman dari luar seperti kian maraknya budaya barat yang lambat laun meracuni pikiran generasi muda Islam.

Karena itulah, arah pendidikan pesantren harus tetap focus pada pendalaman pengetahuan agama.  Pesantren ibaratnya rumah sakit yang di dalamnya berisi orang-orang sakit dan pengajar/pendidik/pengasuh laksana dokter yang harus merawat pasien, artinya, pesantren adalah rumah perbaikan moral dan akhlak masyarakat santri, sehingga apapun bentuk dan gaya dari santri harus diarahkan pada moralitas dan akhlakul karimah.

 Pesantren sebagai alternatif pendidikan di tengah maraknya serta mahalnya pendidikan-pendidikan umum, pesantren merupakan alternatif pendidikan bagi kalangan yang tidak mampu.

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi seiring dengan perputaran waktu, maka peran santi pun tidak hanya terbatas di lingkup pesantren. Semakin besar problem yang dihadapi masyarakat, maka semakin besar pula tanggung jawab santri sebagai pewaris para Ulama’ yang merupakan pewaris para Nabi.

Adapun hal – hal yang sangat urgen dan perlu dilaksanakan oleh manusia yang mengklaim dirinya sebagai Santri adalah:

الاهتمام بالفروض العينية                           Memperhatikan kewajiban – kewajiban fardhu ‘ain.

الاهتمام بترك الكبائر                                 Mawas diri dengan meninggalkan dosa – dosa besar.

حسن الادب مع الله ومع الخلق                  Berbudi luhur kepada ALLAH dan makhluknya.

Jika belum mampu melaksanakan TRILOGI SANTRI, maka belumlah pantas menyandang gelar “SANTRI.”

Semoga tulisan ini bermanfa’at.  g+ Aisyah Izzah Billah

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.